Listrik Sumatera Bakal Dikirim ke Jawa, Ini Alasannya

PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah 1( UIP JBT 1 ) terus kebut pembangunan konstruksi pembangkit listrik dan jaringan transmisi di Regional Jawa Bagian Tengah (Jawa Barat, Jawa Tengah Dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Salah satunya ditunjukkan dengan progres pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2 x 55 MW yang saat ini sudah mencapai 73,18 %. Terletak di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. PLTA Jatigede telah berhasil menyelesaikan pekerjaan Top Heading Excavation (penggalian saluran air di headrace tunnel) sepanjang 2.218,73 m telah berhasil tembus pada oktober 2019. Hal ini merupakan salah satu miles stone penting dalam progres pengerjaan PLTA. PLN UIP JBT I terus berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan proyek pembangkit listrik, khususnya pembangunan PLTA sebagai upaya peningkatan bauran energi baru terbarukan. PLTA Jatigede 2 x 55 MW akan jadi produk pertama dari PLN UIP JBT I yang ditargetkan selesai pada tahun 2020 dan dapat mendukung upaya pemerintah mencapai rasio elekstrifikasi 100% pada tahun 2020. Headrace Tunnel berfungsi sebagai terowongan penghubung penampungan air dengan penstock, juga terhubung dengan power station. Lewat terowongan ini, air tampungan waduk Jatigede mengalir menuju penstock dan seterusnya memutar turbin pembangkit listrik. Target penyelesaian pekerjaan dalam waktu dekat untuk PLTA Jatigede yakni pelapisan dinding terowongan menggunakan beton. Sejak pembangunannya, hingga 2019, PLTA Jatigede berhasil menyerap tenaga kerja hingga 980 orang, dan jumlah ini akan terus bertambah seiring makin banyaknya pekerjaan dan target selesai. Diharapkan nantinya PLTA jatigede mampu meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan energi listrik di daerah Jawa Barat dan sekitarnya. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede 2 x 55 MW (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan pemerintah tengah merencanakan pembangunan jaringan transmisi kelistrikan dari Sumatera ke Jawa.

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan rencana pembangunan transmisi listrik yang menghubungkan antara Sumatera dan Jawa telah menjadi fokus utama.

Sebab, melalui proyek ini pemerintah ingin memastikan bahwa listrik yang berasal dari pembangkit EBT di Sumatera dapat tersalurkan ke Jawa, dimana permintaan listrik dari pulau tersebut cukup tinggi.

“Untuk menyediakan energi buat Indonesia itu kita butuh banyak sekali pembangkit listrik ya. Di Sumatera itu banyak geothermal dan hydro. Tapi demandnya banyak di Jawa. Oleh karena itu listriknya itu harus bisa kita bawa dari Sumatera ke Jawa,” kata Rachmat dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, (27/8/2024).

Di sisi lain, Rachmat menyadari bahwa konsumsi energi di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil yang berasal dari impor. Oleh sebab itu, pihaknya terus mendorong penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai.

“Kalau misalnya penjualan kendaraan kita semuanya pakai bensin atau solar, BBM lah ya. Kedepan itu bisa jadi makin lama import kita makin banyak, emisi kita makin banyak, polusi kita makin banyak. Jadi kita juga dorong penggunaan mobil listrik, motor listrik, kendaraan umum dan sebagainya,” kata dia.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bakal mengandalkan pasokan energi bersih yang berasal dari sejumlah pembangkit listrik di Pulau Sumatera untuk dipasok ke Pulau Jawa.

Hal tersebut menyusul operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon-1 berkapasitas 660 Megawatt (MW) yang akan diakhiri masa operasinya lebih cepat pada 2035 mendatang.

Dirjen EBTKE, Eniya Listiani menyampaikan guna merealisasikan rencana tersebut, pihaknya berencana mengebut pembangunan jaringan transmisi kelistrikan Jawa-Sumatera untuk memasok listrik yang bersumber dari energi bersih.

Bahkan, pembangunan jaringan transmisi kelistrikan Jawa-Sumatera yang semula ditargetkan dapat terealisasi pada tahun 2028 akan dimajukan menjadi ke tahun 2026.

“Tadinya 2028, tapi harus terjadi 2026, lebih maju. Jadi transmisi dari Sumatera ke Jawa harus ada, itu duluan dan harus selesai sebelum 2028,” katanya dikutip Rabu (21/8/2024).

Eniya membeberkan sumber EBT yang berada di Pulau Jawa belum memungkinkan untuk mendukung rencana pensiun dini PLTU Cirebon-1. Khususnya seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang hanya memiliki kapasitas yang cukup kecil.

“Saya waktu itu udah identifikasi geothermal sama hydro itu potensinya cuman 30 MW, 20 MW, 40 MW, kecil kecil dan terpecah. Kalau kita mau hydro power di Jawa, itu harus membangun dari sekarang perlu 7 tahun, 12 tahun loh untuk bangun PLTA. Misal ini kita start geothermal dibangun, ini belum nutup kan bangunnya lama misalnya 10 tahun, nah dalam waktu 10 tahun sebetulnya kurang waktu untuk membangun satu satu tadi. Meski kita memenuhi 660 MW,” kata Eniya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*