Dolar Tembus Rp16.000-an,Bikin Saham Ritel Amsyong

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Bagi perusahaan ritel, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus mengalami depresiasi akan memberikan dampak negatif terhadap margin perusahaan.

Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung mengalami pelemahan sejak awal Oktober 2024 hingga pertengahan Januari 2025.

Bahkan pada 17 Januari 2025, rupiah sempat menyentuh Rp16.360/US$ yang merupakan posisi terlemah sejak Juli 2024 atau sekitar enam bulan terakhir.

Rupiah Rugikan Perusahaan Ritel 

Pelemahan nilai tukar rupiah dapat berdampak signifikan terhadap perusahaan ritel dan konsumer, karena mereka sering kali bergantung pada impor barang atau bahan baku. Ketika rupiah melemah, biaya impor menjadi lebih tinggi, yang dapat mengurangi margin keuntungan perusahaan tersebut. Selain itu, kenaikan biaya produksi bisa membuat harga barang naik, yang mungkin mengurangi daya beli konsumen.

Perusahaan juga bisa menghadapi tantangan dalam menjaga kestabilan harga dan mempertahankan profitabilitas di tengah situasi ini.

Tanda pelemahan daya beli sempat terjadi khususnya pada kuartal IV-2024, seperti dari inflasi yang terpantau terendah sepanjang sejarah. Penurunan daya beli kembali menjadi alasan rendahnya angka inflasi bahkan menjadi yang terendah sejak Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi padahal tidak terdapat pandemi yang membuat kelumpuhan ekonomi domestik.

Selain itu, PHK yang terus-menerus melonjak membuat pendapatan sebagian orang berkurang bahkan hilang sama sekali. Dengan demikian, kemampuan untuk membeli barang semakin berkurang sehingga konsumsi berkurang. Dengan permintaan yang turun maka harga barang pun ikut turun.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat sebanyak 80.000 pekerja di Indonesia terkena PHK selama periode Januari hingga awal Desember 2024.

Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer mengungkapkan ada potensi berlanjutnya gelombang PHK yang mengancam dunia usaha. Dia bilang, ada sekitar 60 perusahaan yang berencana melakukan PHK dalam waktu dekat. Baginya ini sangat mengerikan.

“Kemarin saya diskusi dengan beberapa kawan-kawan, ada sekitar 60 perusahaan yang akan melakukan PHK. Ini kan mengerikan sekali gitu loh,” kata Immanuel atau yang akrab disapa Noel saat ditemui usai konferensi pers di kantor Kemnaker, Senin (23/12/2024).

Fenomena Degradasi Daya Beli

Fenomena degradasi daya beli masyarakat Indonesia akan mengancam kinerja emiten-emiten ritel. Daya beli masyarakat tergerus harga kebutuhan pokok, makanan, yang harganya semakin mahal. Di sisi lain tingkat pertumbuhan gaji semakin melambat sehingga membuat gap antara pertumbuhan harga pangan dan gaji semakin menyempit.

Hal ini berdampak kepada distribusi uang masyarakat yang lebih banyak untuk pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu, yakni makanan, sehingga mengurangi porsi belanja. Hal ini terbukti dari penjualan kendaraan yang seret serta fenomena orang ke mall tanpa belanja.

Emiten department store seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk(RALS), PT Matahari Department Store Tbk(LPPF), serta PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) terpantau punya harga saham yang masih cenderung terpuruk hingga saat ini.

Daya beli masyarakat di golongan menengah dan bawah yang semakin terjepit menciptakan kebiasaan baru untuk membeli pakaian secara online yang lebih murah dan banyak promo serta diskon. Kebiasaan ini sangat cocok memang untuk kaum mendang-mending.

Belum lagi gempuran baju-baju impor baik itu baru maupun thrift (baju bekas pakai) dengan brand ternama juga ikut menggerus pasar RALS dan LPPF.

singa4d

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*