Ditunggu, Terobosan Pemerintah Membangun Industri Berbasis Teknologi

Infografis, Tren Teknologi Yang Merubah Cara Anda Bekerja

Pada awal Juli tahun ini, saat menghadiri konferensi internasional tentang digital campus yang diselenggarakan di Bali, saya sempat berdiskusi dengan banyak pemimpin perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri mengenai tantangan besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan tinggi, khususnya di Indonesia. Salah satu kekhawatiran utama yang terungkap adalah bagaimana lulusan perguruan tinggi di Indonesia bisa diterima di dunia kerja yang semakin berkembang pesat.

Awalnya saya merasa skeptis terhadap kekhawatiran ini. Namun, sebuah pernyataan dari seorang pejabat di salah satu perguruan tinggi membuat saya berpikir lebih dalam. Beliau menyebutkan bahwa kampusnya memiliki lebih dari 60 ribu mahasiswa dan setiap tahun meluluskan sekitar 5.000 orang.

Saya yakin bahwa tidak semua dari mereka akan langsung mendapatkan pekerjaan. Secara logika, memang banyak lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang kesulitan memasuki dunia kerja.

Selama konferensi di Bali, saya lebih memilih menggunakan ojek daring karena lebih cepat dan efisien, terutama dengan kemacetan yang sangat tinggi di Bali saat ini.

Saya juga merasa bahwa penggunaan ojek daring memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal. Menariknya, lima dari delapan pengemudi yang saya tumpangi berasal dari Indonesia bagian timur. Mereka mengatakan, “Saya datang ke Bali untuk bekerja, pak, karena mencari pekerjaan di daerah asal lebih sulit.”

Isu tentang sulitnya mencari pekerjaan dan tingginya angka PHK semakin mengemuka, terutama setelah Sritex mengumumkan kebangkrutan dan kemungkinan akan terjadi banyak PHK.

Namun, daripada mencari siapa yang harus disalahkan, saya merasa lebih penting untuk fokus pada solusi. Salah satunya adalah dengan mendukung perusahaan-perusahaan yang terus berinovasi dan mengimplementasikan praktek-praktek yang baik dalam dunia kerja.

Awal bulan ini, bersama beberapa akademisi dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia, saya diundang untuk menjadi peserta dalam Forum Diskusi Kebijakan Industri Layanan Transformasi Berbasis Permintaan yang difasilitasi oleh Obviously Sustainable bekerja sama dengan Grab Indonesia.

Sebagai pengguna layanan transportasi berbasis permintaan, saya sangat menantikan acara ini. Selain untuk mengetahui lebih dalam tentang lanskap transportasi di Indonesia, saya juga ingin belajar langsung dari para ahli yang mendalami inovasi di sektor ini.

Selama dua hari, kami dibagi dalam beberapa kelompok kerja yang membahas berbagai aspek dari ekosistem transportasi, seperti teknologi dan inovasi, mobilitas perkotaan dan pedesaan, regulasi dan kebijakan, model bisnis gig economy, serta keberlanjutan platform dan lingkungan.

Kami juga diajak untuk melihat lebih dekat operasional Grab, mulai dari service excellencesupport service, UMKM hingga training center. Industri ini ternyata sangat padat karya, melibatkan ribuan pekerja baik dari pihak internal maupun mitra. Teknologi telah mempermudah berbagai proses kerja yang sebelumnya sangat kompleks.

Dari diskusi-diskusi tersebut, banyak ide dan topik penelitian yang bisa menjadi referensi untuk penelitian ke depan. Menariknya, perusahaan transportasi berbasis teknologi tidak hanya menghubungkan satu tempat ke tempat lain, tetapi juga menjadi sarana untuk mewujudkan impian banyak orang.

Saya sangat terharu mendengar cerita Uun Ainurrofiq, Direktur Government Affairs dan Strategic Collaborations di Grab Indonesia, yang mengisahkan pengalamannya saat pertama kali bekerja di Grab.

Dulu, ketika beliau masih bekerja di lantai 30 sebuah gedung tinggi, ia memesan makanan melalui Grab. Salah satu pengemudi yang mengantarkan makanan ternyata baru pertama kali naik ke lantai 30 dan merasa sangat terkesan. “Suatu saat, saya ingin anak saya bisa bekerja seperti bapak di gedung tinggi ini,” ujarnya. Dari pengalaman ini, terlihat bahwa perusahaan transportasi berbasis teknologi benar-benar dapat mengubah kehidupan dan mewujudkan impian.

Melihat perkembangan pesat perusahaan ini, yang sudah berusia 10 tahun, saya rasa ini saatnya bagi pemerintah Indonesia untuk melakukan terobosan dalam membangun industri berbasis teknologi. Tidak hanya menciptakan industri baru, tetapi juga terus menerus meningkatkan literasi teknologi di kalangan masyarakat.

Teknologi tidak seharusnya dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan menghasilkan pekerjaan yang lebih baik.

Semua ini membutuhkan komitmen besar dari berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, pengusaha, maupun mitra kerja. Akses transportasi yang lebih andal dapat membuka peluang kerja di berbagai daerah, dan ini akan sangat membantu dalam menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di seluruh Indonesia.

Akhirnya sustainability yang saat ini menjadi salah satu pekerjaan rumah akan tercapai dengan tetap memperhatikan PeoplePlanet, dan Profit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*